Hafiza Abdul Sang Olimpiade Matematika

“Ingat aja guru sama orang tua yang udah doain, yang udah ngajarin. Masak mau ngecewain mereka dengan nilai rendah. Kan kalau nilai kita tinggi, otomatis kita akan banggain mereka. Mereka udah ngajar capek-capek, kan terbayarkan.”

Itulah motivasi sang finalis OSN Matematika tahun 2019 di Yogyakarta, salah satu perwakilan dari Aceh yang masih aktif bersekolah di SMP Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School. Hafiza Abdul, itulah namanya. Sejak dari SD, Putri dari pasangan Abdul Muis dan Nurlela ini sudah antusias dalam mengikuti perlombaan, makanya tidaklah heran, dengan usahanya yang keras dia sudah menyabet berbagai prestasi, khususnya di bidang matematika. Dia mendapat medali perunggu di TIMO (Thailand International Mathematics Olympiad), medali perak di SEAMO (South East Asian Mathematics Olympiad), dan dia juga menjuarai cerdas cermat dan kompetisi-kompetisi matematika yang diadakan di tingkat Kota Banda Aceh maupun Provinsi Aceh.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini sekarang duduk di bangku kelas IX dan dia telah menjadi siswi olimpiade matematika semenjak kelas VII. Alasannya mengikuti olimpiade matematika awalnya hanya sekedar untuk mendapatkan piala. Setelah itu, dia pun termotivasi untuk mendapatkan sertifikat dalam persiapannya menuju tingkat Pendidikan yang lebih tinggi. Tapi setelah terjun lebih dalam ke dunia olim, si pecinta buku fiksi ini berpikir mengikuti olimpiade matematika itu bagus karena dia bisa lebih menguasai pelajaran itu sehingga mudah baginya untuk memahami pelajaran tersebut dan menjawab soal di ujian. Dengan mengikuti olimpiade dia juga merasa sangat senang karena bisa mempelajari pelajaran yang dia sukai, yang dia anggap adalah passion-nya.

Selama belajar di SMP Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School, Hafiza mengikuti camp olimpiade yang intensif. Beberapa kali dia juga berkesempatan untuk mengikuti camp yang diadakan di Semarang dan di Jakarta. Karena kegiatan itu, dia harus rela meninggalkan banyak pelajaran dan mengejar ketertinggalannya dengan belajar sendiri atau bertanya kepada teman dan guru. Akan tetapi di balik itu, banyak sekali hal-hal baru yang ia dapatkan apalagi ketika mengikuti camp di luar kota. Dia tidak hanya mendapatkan ilmu banyak tentang matematika tapi juga temanan dan pengalaman baru. Yang paling lucu baginya adalah teman-temannya dari daerah lain itu mempunyai aksen dan dialek bicara yang berbeda dengannya.

“Gaya ngomong mereka itu beda kali dengan yang di Aceh. Mungkin kita ngomongnya, aku-qe, mereka ngomongnya aku-kamu. Dan disitu saya baru tahu kalau mereka gak tahu apa itu pipet, mereka gak tahu apa itu bon-bon. Mereka bilangnya sedotan, permen, temen bukan kawan gitu.”

Akan tetapi dibalik kegembiraan yang dialaminya selama mengikuti olimpiade apalagi ketika mendapat medali, tidak jarang pula Hafiza mengalami kegagalan dan merasa sedih. Bahkan dia bisa mengalaminya sampai lebih dari dua minggu. Lalu apa yang dilakukannya?Di saat itu dia memotivasi dirinya dengan mengingat kembali niat dan tujuannya. Dia mengingat orang tuanya yang sudah mendoakannya, dan gurunya yang sudah mengajarkannya. Dia juga melihat teman sekaligus rivalnya dari sekolah lain dan menganggap mereka masih bisa belajar, lalu mengapa dia tidak bisa? Itulah yang membuatnya bangkit kembali.

Untuk ke depannya, gadis yang bercita-cita ingin kuliah di jurusan Teknik ini mempunyai rencana untuk mengikuti olimpiade lagi ketika SMA dan bisa meraih medali di tingkat KSN. Tidak hanya itu, dia juga ingin mengikuti sebuah projek science.

Nah, itulah kisah Hafiza Abdul, siswi yang penuh prestasi di dunia peroliman matematika. Mungkin di antara kalian yang membaca ada yang sedang mengikuti olim atau ingin mengikutinya, berikut ini adalah pesannya, “Jangan berleha-leha ketika kalian sudah diberi kesempatan untuk mengikuti olim. Manfaatkan waktu sebaik mungkin. Semua orang punya passion, ketahui dulu apa passionnya. Kalau ingin masuk olim, berarti harus ada effort juga.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *